Wabah Lumpy Skin Disease (LSD) bukan hanya masalah kesehatan hewan semata, tetapi juga menjadi ancaman serius bagi keberlangsungan industri peternakan dan ketahanan pangan secara luas. Dampak ekonomi dan sosial yang ditimbulkan penyakit ini sangat signifikan dan memerlukan perhatian serius dari berbagai pihak.

Salah satu dampak paling langsung adalah kerugian ekonomi akibat penurunan produksi. Sapi yang terinfeksi Lumpy Skin Disease mengalami demam tinggi, penurunan nafsu makan, dan lesu, yang berujung pada penurunan produksi susu dan daging. Kualitas kulit sapi juga menurun drastis akibat benjolan-benjolan yang muncul, menurunkan nilai jual ternak secara keseluruhan.

Lebih lanjut, pembatasan perdagangan dan karantina wilayah yang diberlakukan untuk mengendalikan penyebaran LSD dapat mengganggu rantai pasok produk peternakan. Hal ini berpotensi menyebabkan kenaikan harga daging dan susu di pasaran, yang pada akhirnya membebani konsumen.

Dampak jangka panjang LSD terhadap industri peternakan bisa berupa hilangnya kepercayaan pasar terhadap produk lokal, baik di tingkat domestik maupun internasional. Negara-negara pengimpor dapat memberlakukan larangan impor dari wilayah yang terjangkit, yang akan merugikan eksportir dan peternak.

Dari sudut pandang ketahanan pangan, LSD dapat mengurangi ketersediaan sumber protein hewani yang penting bagi masyarakat. Jika populasi sapi menurun akibat penyakit ini atau produktivitasnya terganggu, ketersediaan daging dan susu sebagai sumber gizi akan terancam, terutama bagi masyarakat yang bergantung pada produk peternakan sebagai sumber utama protein.

Oleh karena itu, pencegahan, deteksi dini, dan penanganan cepat LSD adalah kunci untuk meminimalkan dampaknya terhadap industri peternakan dan menjaga ketahanan pangan. Langkah-langkah seperti vaksinasi, pengendalian vektor, biosekuriti yang ketat di peternakan, dan pengawasan lalu lintas ternak menjadi krusial untuk melindungi aset peternakan dan ketersediaan pangan bagi masyarakat.

Selain kerugian ekonomi langsung, peternak kecil dan menengah menjadi kelompok yang paling rentan terhadap dampak LSD. Kehilangan beberapa ekor sapi saja dapat mengancam keberlangsungan mata pencaharian mereka dan meningkatkan risiko kemiskinan di tingkat pedesaan.

Pemerintah dan pihak terkait perlu memberikan dukungan dan kompensasi yang memadai bagi peternak yang terdampak. Investasi dalam penelitian dan pengembangan vaksin serta metode pengendalian LSD yang efektif juga krusial untuk melindungi industri peternakan di masa depan dan memastikan ketahanan pangan yang berkelanjutan.